Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sebagai kampus Indonesia Mini terus memantapkan langkahnya menjadi bagian dalam bela negara khususnya melestarikan alat musik tradisional. Hal ini tercermin dalam kegiatan “Pemutaran Film Lokananta dan Diskusi Musik Kolintang” yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) bersama Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) di Recital Hall FBS, belum lama ini.
Rangkaian acara diawali dengan sesi nonton film Lokananta, sebuah kisah romantis tentang perjuangan cinta dua insan yang terhalang perbedaan agama, namun dipersatukan oleh musik. Berlatar berbagai destinasi di Sulawesi Utara, film ini menampilkan keindahan daerah tersebut sekaligus memperkenalkan alat musik tradisional Kolintang ke tingkat internasional untuk mendukung upaya pengakuan United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Setelah menonton film, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama penonton terkait musik Kolintang.
Suasana acara semakin meriah dan istimewa saat Rektor UKSW Prof. Intiyas Utami turut menyanyikan lagu “Cantik” yang dipopulerkan oleh Band Kahitna. Suaranya berpadu harmonis dengan alunan musik Kolintang yang dimainkan dengan apik oleh tim PINKAN. Puluhan penonton pun larut dalam momen penuh kehangatan dan kebersamaan ini, mereka tampak menikmati penampilan tersebut.

Wujud Bela Negara
Dalam suasana penuh kehangatan ini, Rektor Intiyas mengungkapkan bahwa kunjungan dari PINKAN merupakan suatu kebanggaan sekaligus penghargaan bagi UKSW karena dapat berperan aktif merawat aset nusantara. “Kami menyambut dengan bangga bahwa alat musik Kolintang dari Minahasa ini, telah tercatat di UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia milik Indonesia,” katanya.
Rektor Intiyas menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari bela negara khususnya dalam memperkenalkan hingga melestarikan alat musik tradisional kepada generasi bangsa. Ditegaskannya, merawat aset nusantara adalah tanggung jawab semua orang. “Bela negara tidak hanya sebatas mengenakan seragam hijau, tetapi juga melestarikan alat musik tradisional sekaligus menjaga tanaman yang menjadi bahan dasarnya,” imbuh Rektor perempuan pertama UKSW ini.
Rektor Intiyas juga berharap dari kunjungan ini melahirkan projek seni kolaborasi antara UKSW dan PINKAN. Alat musik Kolintang perlu dilestarikan oleh masyarakat dan kaum muda dengan ragam kegiatan, baik dipelajari melalui dunia pendidikan atau dipentaskan. “Saya berharap kunjungan ini tidak hanya sekali, tetapi ada kegiatan lain bersama kampus kami, mengingat mahasiswa UKSW berasal dari beragam etnis nusantara di Indonesia,” ungkapnya.
Senada dengan Rektor Intiyas, Kepala Program Studi (Kaprodi) Seni Musik FBS Dr. Rachel Mediana Untung, M. Sn., menerangkan acara ini merupakan wujud nyata dari visi UKSW dalam merawat tradisi dan kebudayaan bangsa Indonesia. “Kami dari Prodi Seni Musik menganggap hal ini penting, terutama memberikan wawasan kepada mahasiswa untuk menjaga, merawat, serta melestarikan musik tradisional,” bebernya.
Dr. Rachel Mediana Untung juga menyampaikan bahwa acara ini memiliki korelasi dengan mata kuliah di Prodi Seni Musik, terutama Ansambel Musik Etnis. Di mana salah satu alat musik yang diajarkan dalam mata kuliah tersebut adalah Kolintang.