Merajut Sastra dan Seni, Merawat Ibu Pertiwi: FBS UKSW Rayakan Kartini, Hari Bumi, dan Hari Buku dalam Simfoni Aksi dan Refleksi

Dalam semangat merayakan ketiga peringatan penting yang berlangsung berurutan, Hari Kartini (21 April), Hari Bumi (22 April), dan Hari Buku dan Hak Cipta (23 April), Program Studi S1 Sastra Inggris (Sasing) dan S1 Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) menggelar sebuah rangkaian kegiatan yang menyatukan seni, sastra, dan kepedulian terhadap Ibu Pertiwi, Sabtu (26/04/2025).

Bertajuk “Merajut Sastra dan Seni, Merawat Ibu Pertiwi,” kegiatan ini diselenggarakan di Pendopo dan Mini Theater DPRD Kota Salatiga sebagai bagian dari perayaan Dies Natalis ke-24 FBS UKSW. Kegiatan ini diikuti puluhan peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan perwakilan lembaga terkait seperti Komunitas Salatiga Peduli, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, serta Wecakala Garda Lingkungan UKSW. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Salatiga Drs. Valentino T. Hariwibowo, M.M, dan Kepala Dinas Pendidikan Salatiga Nunuk Dartini, S. Pd., M.Si.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan, literasi, serta kesetaraan gender diolah dalam harmoni seni dan sastra dengan menyuguhkan talk showworkshop ecopoetry, hingga parade musikalisasi puisi. Kolaborasi antara prodi Sastra Inggris dan Seni Musik ini menjadi bentuk nyata semangat lintas disiplin yang berakar pada kepedulian terhadap bumi, perempuan, dan pengetahuan.

Suara Perempuan dalam Seni dan Sastra

Mengawali rangkaian, talk show bertema “Perempuan dan Alam dalam Seni-Sastra” menghadirkan Manager of International Relations Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Agus Dwi Hastutik, S.S., sebagai narasumber. Diskusi hangat ini dimoderatori oleh Wakil Dekan FBS Dr. Deta Maria Sri Darta, M. Hum., yang mengajak peserta untuk merefleksikan bagaimana sastra dan seni dapat menjadi media perjuangan dalam isu lingkungan dan kesetaraan.

Dalam paparannya, Agus Dwi Hastutik menekankan bahwa krisis iklim adalah isu global yang sangat berdampak pada komunitas akar rumput, terutama perempuan. “Perempuan memiliki peran sentral dan sebagai garda terdepan sebagai dalam menjaga bumi. Mereka adalah penjaga dan pengelola sumber daya, dan penyambung nilai-nilai adat,” tegas Agus Dwi Hastutik yang merupakan alumni Prodi Sastra Inggris FBS ini. 

Ia mendorong generasi muda untuk membangun kesadaran kritis dan aktif terlibat dalam komunitas atau gerakan lingkungan. “Sebagai mahasiswa, milikilah pemikiran yang kritis, peka terhadap apa yang terjadi di sekitar, dan jangan menjadi apatis terhadap isu-isu lingkungan,” pesannya. Dalam kesempatan itu, ia juga berbagi bahwa selama berkuliah di FBS, ia dibekali keterampilan berbahasa Inggris serta kemampuan berpikir kritis, dua bekal penting yang terus ia terapkan dalam dunia kerja.

Seusai talk show, para peserta mengikuti Workshop Penulisan Eco Poetry, sebuah ruang kreatif yang membuka kesempatan untuk menuangkan kepedulian terhadap bumi melalui untaian puisi. Karya-karya yang dihasilkan kemudian dipresentasikan, dan ke depannya akan dihimpun menjadi sebuah buku karya mahasiswa.

Kegiatan dilanjutkan dengan Parade Musikalisasi Puisi bertajuk “Kidung Senja Ibu Pertiwi” yang digelar di Mini Theater DPRD. Mahasiswa Seni Musik dan Sastra Inggris berkolaborasi dalam menghidupkan karya yang telah dibuat Prodi Sastra Inggris lewat alunan nada dan suara. Beberapa karya merupakan adaptasi dari buku karya mahasiswa Sastra Inggris yang nantinya akan didaftarkan hak ciptanya.

Bagikan:
Facebook
Share
WhatsApp